Benarkah Kecerdasan Diturunkan Oleh Sang Ibu ?
Benarkah Kecerdasan Diturunkan Oleh Sang Ibu ?
Kecerdasan anak di wariskan dari
gen ibu
Faktor genetik seorang Ibu sangat berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Menurut ahli genetika dari UMC Nijmegen Netherlands Dr Ben Hamel “Pengaruh itu sedemikian besar karena tingkat kecerdasan seseorang terkait dengan kromosom X yang berasal dari ibu”. Karena itu, ibu yang cerdas berpotensi besar melahirkan anak yang cerdas pula. “Dengan demikian, lebih baik memiliki ibu yang cerdas daripada ayah yang cerdas,” ujar Hamel. Namun, kelainan genetika dari seorang ibu juga dapat diturunkan kepada anak-anaknya, termasuk di antaranya retardasi mental. Dalam keadaan normal, setiap manusia memiliki 23 pasang kromosom yang terdiri atas 22 pasang kromosom autosom dan sepasang kromosom seks. Ada 23 kromosom berasal dari ibu yang disebut kromosom XX dan 23 pasang lagi berasal dari ayah yang disebut kromosom XY.
Dr. Bernard Devlin dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburg, AS, memperkirakan faktor genetik memiliki peranan sebesar 48% dalam membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor lingkungan, termasuk ketika si anak masih dalam kandungan.
Untuk menjelaskan peran genetika dalam pembentukan IQ anak, seorang pakar lain di bidang genetika dan psikologi dari Universitas Minnesota, juga di AS, bernama Matt McGue, mencontohkan, pada keluarga kerajaan yang memiliki gen elit, keturunannya belum tentu akan memiliki gen elit. ”Keluarga bangsawan yang memiliki IQ tinggi umumnya hanya sampai generasi kedua atau ketiga. Generasi berikutnya belum diketahui secara pasti, karena mungkin saja hilang, meski dapat muncul kembali pada generasi kedelapan atau berikutnya”, ungkap McGue. ”Orang tua yang memiliki IQ tinggi pun bukan jaminan dapat menghasilkan anak ber-IQ tinggi pula.” Ini menunjukkan genetika bukan satu-satunya faktor penentu tingkat kecerdasan anak. (dr. Khamid Wijaya, Audrey Luize, Harli Masithoh, Balita Cerdas.com)
Peranan nutrisi dan lingkungan dalam kecerdasan anak
Faktor lingkungan, dalam banyak hal, justru memberi andil besar dalam kecerdasan seorang anak. Yang dimaksud tak lain adalah upaya memberi ”iklim” tumbuh kembang sebaik mungkin sejak si anak masih dalam kandungan agar kecerdasannya dapat berkembang optimal. Dengan gizi dan perawatan yang baik misalnya, setiap anak bisa menjadi cerdas. Atau dengan menjaga kesehatan secara baik dan menghindari racun tubuh selagi ibunya mengandung, seorang anak dapat memiliki intelegensia baik. Begitu pula dengan memberikan kondisi psikologis yang mendukung, seorang anak dapat mencapai angka IQ lebih tinggi dari teman sebayanya. Gizi, perawatan, dan lingkungan psikologis itulah faktor lingkungan penentu kecerdasan anak.
Kisah Helen dan Gladys, sepasang bayi kembar, bisa menjadi salah satu buktinya. Pada usia 18 bulan mereka dirawat secara terpisah. Helen hidup dan dibesarkan dalam satu keluarga bahagia dengan lingkungan yang hidup dan dinamis. Sedangkan Gladys dibesarkan di daerah gersang dalam lingkungan ”miskin” rangsangan intelektual. Ternyata saat dilakukan pengukuran, Helen memiliki angka IQ 116 dan berhasil meraih gelar sarjana dalam bidang Bahasa Inggris. Sebaliknya Gladys terpaksa putus sekolah lantaran sakit-sakitan dan IQ-nya 7 angka di bawah saudara kembarnya. (dr. Khamid Wijaya, Audrey Luize, Harli Masithoh, Balita Cerdas.com)
Faktor genetik seorang Ibu sangat berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Menurut ahli genetika dari UMC Nijmegen Netherlands Dr Ben Hamel “Pengaruh itu sedemikian besar karena tingkat kecerdasan seseorang terkait dengan kromosom X yang berasal dari ibu”. Karena itu, ibu yang cerdas berpotensi besar melahirkan anak yang cerdas pula. “Dengan demikian, lebih baik memiliki ibu yang cerdas daripada ayah yang cerdas,” ujar Hamel. Namun, kelainan genetika dari seorang ibu juga dapat diturunkan kepada anak-anaknya, termasuk di antaranya retardasi mental. Dalam keadaan normal, setiap manusia memiliki 23 pasang kromosom yang terdiri atas 22 pasang kromosom autosom dan sepasang kromosom seks. Ada 23 kromosom berasal dari ibu yang disebut kromosom XX dan 23 pasang lagi berasal dari ayah yang disebut kromosom XY.
Dr. Bernard Devlin dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburg, AS, memperkirakan faktor genetik memiliki peranan sebesar 48% dalam membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor lingkungan, termasuk ketika si anak masih dalam kandungan.
Untuk menjelaskan peran genetika dalam pembentukan IQ anak, seorang pakar lain di bidang genetika dan psikologi dari Universitas Minnesota, juga di AS, bernama Matt McGue, mencontohkan, pada keluarga kerajaan yang memiliki gen elit, keturunannya belum tentu akan memiliki gen elit. ”Keluarga bangsawan yang memiliki IQ tinggi umumnya hanya sampai generasi kedua atau ketiga. Generasi berikutnya belum diketahui secara pasti, karena mungkin saja hilang, meski dapat muncul kembali pada generasi kedelapan atau berikutnya”, ungkap McGue. ”Orang tua yang memiliki IQ tinggi pun bukan jaminan dapat menghasilkan anak ber-IQ tinggi pula.” Ini menunjukkan genetika bukan satu-satunya faktor penentu tingkat kecerdasan anak. (dr. Khamid Wijaya, Audrey Luize, Harli Masithoh, Balita Cerdas.com)
Peranan nutrisi dan lingkungan dalam kecerdasan anak
Faktor lingkungan, dalam banyak hal, justru memberi andil besar dalam kecerdasan seorang anak. Yang dimaksud tak lain adalah upaya memberi ”iklim” tumbuh kembang sebaik mungkin sejak si anak masih dalam kandungan agar kecerdasannya dapat berkembang optimal. Dengan gizi dan perawatan yang baik misalnya, setiap anak bisa menjadi cerdas. Atau dengan menjaga kesehatan secara baik dan menghindari racun tubuh selagi ibunya mengandung, seorang anak dapat memiliki intelegensia baik. Begitu pula dengan memberikan kondisi psikologis yang mendukung, seorang anak dapat mencapai angka IQ lebih tinggi dari teman sebayanya. Gizi, perawatan, dan lingkungan psikologis itulah faktor lingkungan penentu kecerdasan anak.
Kisah Helen dan Gladys, sepasang bayi kembar, bisa menjadi salah satu buktinya. Pada usia 18 bulan mereka dirawat secara terpisah. Helen hidup dan dibesarkan dalam satu keluarga bahagia dengan lingkungan yang hidup dan dinamis. Sedangkan Gladys dibesarkan di daerah gersang dalam lingkungan ”miskin” rangsangan intelektual. Ternyata saat dilakukan pengukuran, Helen memiliki angka IQ 116 dan berhasil meraih gelar sarjana dalam bidang Bahasa Inggris. Sebaliknya Gladys terpaksa putus sekolah lantaran sakit-sakitan dan IQ-nya 7 angka di bawah saudara kembarnya. (dr. Khamid Wijaya, Audrey Luize, Harli Masithoh, Balita Cerdas.com)
PEMBANDING
YANG LAIN
Genetika sebuah Kecerdasan
Seandainya
kecerdasan tersebut secara genetis dapat diturunkan kepada seorang anak dari sang
ayah serta sang ibu, kemungkinan besar kecerdasan yang dimiliki oleh Habibie
adalah kecerdasan genetika dari sang ayah serta sang ibu beliau. Contoh yang
lainnya adalah sepertinya kecerdasan yang dimiliki oleh Henry Bill Gates sang
mega Boss IBM Micro Softword berasal dari kecerdasan yang dimiliki oleh sang
ayah serta sang ibunya. Jikalau memang seperti itu adanya, kecerdasan tersebut
bersifat genetis dan dapat diturunkan secara “Tunai” kepada generasi
berikutnya.
Dalam kurun
waktu yang cukup lama, kita memahami bahwa Gen menentukan kecerdasan seseorang.
Ungkapan yang mentradisi adalah” kamu akan menjadi orang yang pintar dan cerdas
karena ayah dan ibumu orang cerdas”. Kita masih menganggap bahwa seorang anak
yang cerdas mewarisi kecerdasan orang tuanya. Orang tua yang cerdas akan
melahirkan anak yang cerdas pula. Itulah anggapan serta kepercayaan yang selama
ini berkembang ditengah masyarakat kita. Berarti kecerdasan hanya milik
orang-orang yang sudah cerdas dari keturunan-keturunannya karena pendapat bahwa
kecerdasan adalah gen yang diwariskan kepada generasi berikutnya. Namun, gen
bukanlah satu-satunya komponen yang mempengaruhi kecerdasan seseorang.
Cerdas atau
tidaknya seseorang di pengaruhi oleh banyak hal dan komponen lain. Komponen
tersebut sangat memegang peranan dalam menentukan kecerdasan itu sendiri.
Kondisi pasca kelahiran memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dalam
menentukan apakah seseorang tersebut memiliki kecerdasan. Komponen selanjutnya
adalah kemampuan serta kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh kemauannya untuk
belajar. Kemauan belajar serta pengalaman dan usaha maksimal yang dilakukan
untuk mewujudkan keinginan termasuk juga faktor yang menentukan kecerdasan.
Kita mungkin saja mewarisi kecerdasan yang diturunkan dari sang ayah atau sang
ibu kita, namun hasil akhir kemampuan serta kecerdasan kita akan sangat beragam
adanya tergantung pengalaman-pengalaman masa kecil serta usaha kita yang
maksimal saat menjalani pendidikan. Disamping itu kita harus juga mengetahui
bahwa faktor lingkungan juga dipercaya dan diyakini memainkan peranan yang
tidak kalah pentingnya dengan faktor sebelumnya untuk menentukan tingkat
kecerdasan seseorang.
Tidak bisa
kita pungkiri dan kita khianati bahwa sampai saat ini masih banyak kalangan
masyarakat kita meyakini serta mempercayai, “Gen adalah faktor utama yang
menentukan cerdas atau tidaknya seseorang”. Gen adalah faktor penentu keturunan
yang mengandung informasi yang luar biasa tentang generasi masa lalu sehingga
keberadaan kita yang ada sekarang merupakan cetak biru dari generasi yang
sebelumnya. Cetak biru tersebut secara genetis yang sangat mirip dengan dua
garis generasi sebelum kita. Garis generasi dari sang ayah dan garis generasi
dari sang ibu.
Gen genius
sangat jarang muncul bahkan tidak ada sama sekali muncul dalam satu generasi.
Bahkan saudara kandung kembar sekalipun atau tidak, mereka tidak akan
menunjukkan bakat genius yang sama. Walaupun ayah serta ibu saudara kembar atau
saudara kandung tersebut jelas-jelas seorang genius. Tentu saja keturunan
tersebut mempunyai sebahagian gen yang sama persis yang tentu berasal dari sang
ayah dan sang ibu. Maka tidak heran pepatah kita menyebutkan bahwa buah
sebatang pohon tidak akan jatuh terlalu jauh dari batang pohonnya. Pepatah lain
atau ungkapan bijaksana lainnya menyebutkan kalau ingin melihat bagaimana sang
ayah atau sang ibu dari seseorang maka lihatlah anak-anaknya.
Timbul
pertanyaan kenapa hal tersebut diatas bisa terjadi dan kita alami dalam
kehidupan keseharian. Kemungkinan terbesar faktor penyebabnya adalah pengalaman
masa kecil yang kita alami serta faktor lingkungan dimana kita dibesarkan.
Akhirnya sekarang kita bisa memahami bahwa saudara kandung Henry Bill Gate
tidaklah secerdas dan sesukses dirinya. Saudara kandung Stephen Hawking tidaklah
akan secerdas dirinya. Saudara kandung BJ Habibie juga tidak akan secerdas
beliau. Saudara kandung Amien Rais juga tidak akan secerdas sang abang atau
sang adik. Ada banyak lagi contoh hidup yang kita bisa pahami.
Seorang ahli
genetika terkenal yang hidup ditahun 1924 sampai dengan 1994 berkebangsaan
Jepang Motoo Kimura menegaskan bahwa para genius menunjukkan kemampuan mereka
yang luar biasa hanya dalam bidang tertentu. Namun orang dengan kemampuan
biasa-biasa saja yang tentu bukan setara dengan kemampuan si genius juga
memiliki kemampuan bidang lain. Kemampuan yang mereka miliki tak kalah
cerdasnya dari yang dimiliki oleh sang genius. Yang jelas kemampuan tersebut
tidak pernah dipunyai oleh yang bertitel genius. Sebagai contoh dalam kehidupan
kita, banyak ilmuwan sangat jenius mampu menciptakan temuan-temuan baru yang
tidak pernah kita ragukan lagi tentang teknologi dan manfaatnya. Tetapi disisi
lain sang jenius tersebut memiliki kemampuan interpersonal yang sangat lemah.
Namun hal sebaliknya mungkin saja terjadi, seseorang dengan kecerdasan dan
kemampuan biasa-biasa saja, punya kemampuan interpersonal yang sangat luar
biasa, diantaranya kecerdasan bergaul sehingga dia memiliki teman yang banyak
dimanapun sang individu tersebut berada.
Sebahagian
kita barangkali merasa iri hati terhadap para genius serta anak-anak berbakat
yang luar biasa. Bahkan sampai pada suatu pemikiran bagaimana seandainya kita
bisa berpindah, bertukar kehidupan. Namun setelah kita mencobanya kita akan
segera menyadarinya bahwa pada kenyataanya para genius dan orang-orang super
cerdas tersebut juga memiliki kesulitan dan penderitaan serta keterbatasan
tersendiri. Maka alangkah bijaksananya bila kita meyakini bahwa apa-apa yang
kita miliki adalah karunia teristimewa bagi kita dari sang Maha pencipta yang
mesti kita sukuri keberadaannya. Murakami menyarankan kepada kita agar tidak
terjadi lagi saling iri hati satu individu dengan yang lainnya, selayaknya kita
untuk menyadari kenyataan yang ada didepan mata kita “ Kelahiran dan keberadaan
kita dimuka bumi merupakan prestasi ajaib yang luar biasa yang mesti kita
sukuri dan terima”.
Genetika
kecerdesan para genius mempunyai hukum istimewa tersendiri yang barangkali
hanya dimiliki oleh genius itu sendiri. Keturunan sang genius jarang terlahir
dengan kualitas kegeniusan yang persis sama dengan dirinya. Sama halnya dengan
keturunan seseorang dengan hanya memiliki kemampuan serta kecerdasan yang
biasa-biasa saja, mempunyai kesempatan yang sama jarangnya dengan keturunan
genius untuk melahirkan keturunan yang genius. Sebagai contoh dalam dunia musik
tanah air putra Ebiet G. Adee sang penyanyi klasik legendaris yang masih hidup
tidak mampu menyaingi kemampuan olah suara dan olah musik sang ayah. Salah satu
dari putra Wolfgang Amadeus Mozart juga seorang komposer terkenal, namun
prestasinya tidak pernah bisa disejajarkan dengan sang ayah kandungnya yang
merupakan musikus, composer ternama sepanjang sejarah musik. Contoh lain adalah
putra-putri sang presiden kita yang kedua, kecerdasan serta kemampuan mereka
tidaklah secerdas yang dipunyai oleh sang ahli strategis Soeharto. Selanjutnya
adalah contoh yang masih hidup kedua-duanya, Ilham Habibie anak kandung Mr.
Crack dari Pare-pare panggilan istimewa BJ. Habibie tidaklah secerdas sang ayah
yang ahli kedirgantaraan.
Kecerdasan dan Pembiasaan
Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia Kecerdasan itu adalah kemampuan memecahkan masaalah
serta menciptakan kreatifitas serta peluang-peluang luar biasa untuk menjalani
kehidupan. Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut akar katanya
memiliki dua hal, yaitu:
1. Pembiasaan-pembiasaan
yang disebabkan oleh perilaku fisik sang individu.
Pembiasaan ini
dihasilkan oleh gerakan luar biasa kinetik tubuh kita. Gerakan kinetik yang
dimaksudkan adalah semua bentuk gerakan yang berhubungan dengan kreatifitas
fisik anggota tubuh kita dalam berkreasi dan beraktifitas dalam kehidupan
keseharian. Memainkan musik secara cekatan dan kreatifitas luar biasa bagaimana
membuat alat musik tersebut menghasilkan irama serta bunyi alunan musik yang
enak didengar hingga kita larut dalam menikmatinya. Kreatifitas luar biasa dari
kreasi tangan yang cekatan, lincah dapat menciptakan pola yang luar biasa.
Menentukan gradasi warna dengan perpaduan yang khas tentu di kreasikan oleh
kecerdasan yang khas pula. Melakukan tendangan pisang dan tendangan melengkung
dengan akurasi yang luar biasa yang dilakukan oleh pesepak bola handal.
Menghindari lawan saat mengiring bola serta langsung melepaskan tendangan
dengan akurasi yang luar biasa adalah suatu karya kreatifitas pesepak bola yang
kecerdasannya tidak perlu kita ragukan lagi. Semua contoh yang diuraikan diatas
adalah kreatifitas pembiasaan yang disebabkan oleh gerak fisik yang tidak
dimiliki oleh semua orang.
2. Pembiasaan-pembiasaan
yang disebabkan oleh perilaku nonfisik sang individu.
Pembiasaan faktor non fisik dihasilkan melaui
pemikiran yang terpola dalam bentuk kebiasaankebiasaan yang diantaranya;
kemampuan dan kecerdasan individu dalam mengolah kata, kemampuan seseorang
dalam memahami penghitungan bilangan atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan angka-angka. Kecerdasan individu yang sekaligus bisa menikmati indahnya
dalam berinteraksi secara interpersonal dengan siapapun. Contoh lainnya dalah
kecerdasan dalam mrefleksikan rasa cinta serta rasa kepedulian terhadap
lingkungan. Dari contoh yang disampaikan diatas adalah bentuk-bentuk pembiasan
yang melahirkan kecerdasan yang berawal dari faktor nonfisik.
Kecerdasaan, Lingkungan dan Asupan Gizi
Kecerdasan seseorang
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana individu tersebut dibesarkan.
Selain faktor lingkungan, faktor yang tidak kal pentingnya adalah faktor asupan
gizi. Asupan gizi sangat berpengaruh terhadap bangunan sel tubuh tidak
terkecuali sel utama otak kita. Sementara itu menurut Murakami dalam tulisannya
The Devine Message of DNA, faktor genetis yang berpengaruh dan berperan diawal
kehidupan, ketika proses pembentukan janin dimasa kehamilan dan masa menyusui,
memberikan sumbangan dan andil yang kelihatannya tidak pasti. Sehingga
kemutlakkan penghitungan kecenderungan keturunan sama persis dengan generasi
pendahulunya adalah pada skala 1:100.000. Maka tidak jarang kita temui bahwa
anak cerdas juga banyak berasal dari keluarga yang asupan gizinya biasa-biasa
saja. Sebaliknya juga kita temui bahwa anak yang berasal dari keluarga yang
serba kecukupan dengan asupan gizi juga tidak melahirkan anak yang genius dan
cerdas.
Secerdas
apapun seseorang dilahirkan dan berasal dari keturunan yang juga genius, namun
kalau lingkungan tidak mendukung penuh, tidak akan membuat bibit yang cerdas
dan genius tadi menjadi individu yang juga cerdas dan genius. Asupan gizi yang
selengkap apapun kalau individu itu dibesarkan pada lingkungan yang tidak
mendukung untuk membangun kreatifitas kecerdasan itu maka akan menghasilkan
individu yang tidak cerdas. Selanjutnya Murakami yang telah melakukan riset
selama berpuluh tahun tentang genetis ini memiliki kesimpulan yang sangat
mencengangkan. Kebanyakan orang tua yang genius adanya punya anak yang
kecerdasan dan kegeniusannya biasa-biasa saja. Selanjutnya penulis akan
menampilkan contoh yang ada dalam kehidupan nyata tentang generasi cerdas serta
genius yang ada.
1. Buya Hamka memiliki anak yang kecerdasannya tidak pernah setara dengan sang
legendaris tersebut.
2. Haji Agus Salim tidak memiliki anak yang bisa menguasai lebih dari dua
bahasa dunia.
3. Seorang keturunan Mozart menjadi komposer yang pada karirnya tidak pernah
bisa menandingi sang ayah.
4. Jordy Cruyff, pesepak bola didikan akademi sepakbola Barca sebutan untuk
Barcelona, tetap bukanlah tandingan sepadan untuk sang ayah, Johan Cruyff yang
melegenda. Bahkan Jordy dikeluarkan dari klub Barcelona yang membesarkan nama
sang ayah.
5. Paolo Maldini adalah legenda hidup serta maestro pesepak bola AC Milan,
adalah pesepak bola handal yang tidak diragukan lagi, jika dibandingkan dengan
sang ayah, Cesare Maldini sama sekali bukanlah tandingannya.
6. Raden Saleh dan Basoeki Abdullah adalah insan cerdas serta genius
dibidangnya, sebagi seorang pelukis juga tidak memiliki anak yang mencintai dan
cerdas di bidang yang di tekuni oleh sang maestro.
7. Ada banyak contoh lainnya dalam kehidupan.
Selanjutnya
para ilmuwan merekomendasikan dan menegaskan, pengaruh genetis terhadap
kecerdasan tidaklah bersifat pasti serta mutlak.
Kesimpulan
Walaupun kita
mulai menyadari bahwa, gen dan kemampuan setiap individu tersebut unik, namun
dalam tatanan pendidikan kita masih mengabaikan keunikan yang ada tersebut.
Sebagai seorang ahli yang melakukan penelitian terhadap kecerdasan dan genetik,
Murakami menyarankan suatu perlakuan pendidikan yang sesuai dengan bakat serta
kecerdasan dan kemampuan seseorang. Yang terjadi di dunia pendidikan kita saat
ini malahan sebaliknya.
Sistem
pendidikan kita saat ini lebih mendewakan tes-tes serta gemerlap angka-angka
yang tertuang pada laporan pendidikan siswa. Bahkan lebih para lagi hasil tes
yang berupa angka tersebut mendefinisikan peringkat seseorang dalam kelasnya,
benarkah bisa semuanya kita angka-angkakan. Praktek yang sering kita jumpai
adalah, perekrutan siswa baru, kenaikan kelas, dan kelulusan berdasarkan
tes-tes yang distandarisasi yang pada kenyataanya telah mengabaikan uniknya
gen, kemampuan unik individu, dan keanekaragaman kecderdasan yang dimiliki oleh
setiap individu. Thomas Amstrong seorang astronout ternama Amerika
mengungkapkan bahwa pendidikan lebih berorientasi kepada prestasi akademik,
bukanlah pada tumbuh kembangnya kecerdasan yang dimiliki oleh murid.
Sebagai
aplikasinya, seorang presiden memiliki para pembantu yang cerdas dibidang
masing-masing sesuai kapasitas tugasnya. Maka penunjukkan menteri yang menjadi
pembantu sang presiden seyogyanya adalah orang-orang yang cerdas dibidangnya.
Sebagai contohnya menteri ESDM seyogyanya adalah orang yang benar-benar
mengerti dengan yang namanya energi, yang melek mineral, mengenal bagaimana
memanfaatkan serta menghemat energi tersebut.
Daftar Pustaka
Ahmad Fuadi. 2010. Negeri 5 Menara.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Amstrong, Thomas. 2009. Multiple
Intelligences in the Classroom. Third edition California: ASCD.
Gardner, Howard. 1999. Intelligence
Reframed: Multiple Intelligences for the 21 st Century. New York: Basic
Books.
Munif Chatib. 2010. Sekolahnya
Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligenses
di Indonesia. Bandung Kaifa.
Munif Chatib. 2011. Gurunya Manusia.
Bandung: Kaifa.
Murakami, Kazuo. 2008. The Devine
Message of the DNA: Tuhan dalam Gen Kita. Bandung: Mizan Pustaka. Bandung.